CinTa-MenangiS
“Hai kakek, coba lihat hatiku, jauh lebih sempurna daripada hatimu,” ujarnya sambil membuka kemeja dan memperlihatkan hatinya yang mulus tanpa cacat.
Sang kakek langsung tersenyum dan menghentikan kegiatan menebang pohon. “Kau benar, hatimu sangat bagus,” ujar sang kakek tanpa melepas senyumnya.
“Wahai kakek, seharusnya kamu menjaga hatimu seperti aku. Coba lihat hatimu, apa saja yang telah kamu lakukan?” lanjut sang pemuda.
Sang kakek tersenyum, “Kamu boleh saja bangga dengan hatimu yang mulus, tetapi aku lebih bangga pada hatiku yang seperti ini,”
Si pemuda sombong langsung merasa heran.
“Anak muda, apa kamu pernah jatuh cinta?” tanya sang kakek.
Sang pemuda menggeleng.
“Ah ya.. sudah aku duga,” ujar sang kakek. “Hatiku patah pertama kali saat aku mencintai seorang gadis dari desa sebelah, saat usiaku tidak jauh dari usiamu. Tapi dia dipaksa menikah dengan pria lain, dan waktu itu hatiku patah menjadi dua, tetapi dia sembuh walaupun meninggalkan bekas. Tapi aku justru bersyukur karenanya,”
Sang pemuda hanya diam mendengarkan.
“Kemudian aku sadar, bahwa aku pernah merasakan jatuh cinta, walaupun hatiku remuk, daripada tidak pernah jatuh cinta sama sekali.” Ujar sang kakek mengenang cerita hidupnya. “Sejak saat itu, aku selalu membagi hatiku untuk orang lain, begitu juga orang lain, mereka tulus mencintaiku dan membagi hatinya untuk menambal hatiku yang berlubang. Begitulah hidup. Saling mengambil hati, saling memberi hati, ada saat hati terluka, ada saat hati sembuh dari luka dan meninggalkan bekas berupa syukur. Bukankah patah hati akan membuatmu lebih menghargai cinta dan pengorbanan?”
Sang pemuda langsung menyadari kekeliruannya. Dia terlalu menjaga hatinya sangat mulus sehingga tidak pernah merasakan mencintai, dicintai bahkan terluka. Bukankah hidup selalu diisi dengan hal-hal seperti itu? Saat seseorang terluka, dia akan menyadari indahnya dicintai. Saat seseorang patah hati, dia akan berusaha menemukan kembali kepingan hidupnya yang pernah hilang dan bersyukur saat menemukan kepingan itu.
Jangan Menangis Saat Hatimu Patah Atau Hancur.
***
Di sebuah desa kecil, hidup seorang pemuda yang selalu membanggakan hatinya. Di masa itu, semua orang bisa melihat hati orang lain. Sang pemuda menjaga hatinya dengan sangat baik, tidak ada cacat sedikitpun pada hatinya. Itu membuatnya bangga dan sedikit sombong.
Pada
suatu hari, sang pemuda bertemu dengan seorang kakek penebang pohon.
Karena sang kakek hanya memakai celana saat sedang menebang pohon, sang
pemuda bisa melihat hati sang kakek. Itu adalah hati paling jelek yang
pernah dilihat sang pemuda. Hati kakek itu penuh dengan bekas cuilan,
tambalan dari hati lain, lebam, tidak ada bagiannya yang mulus. Sang
pemuda kembali sombong dan bangga.Di sebuah desa kecil, hidup seorang pemuda yang selalu membanggakan hatinya. Di masa itu, semua orang bisa melihat hati orang lain. Sang pemuda menjaga hatinya dengan sangat baik, tidak ada cacat sedikitpun pada hatinya. Itu membuatnya bangga dan sedikit sombong.
“Hai kakek, coba lihat hatiku, jauh lebih sempurna daripada hatimu,” ujarnya sambil membuka kemeja dan memperlihatkan hatinya yang mulus tanpa cacat.
Sang kakek langsung tersenyum dan menghentikan kegiatan menebang pohon. “Kau benar, hatimu sangat bagus,” ujar sang kakek tanpa melepas senyumnya.
“Wahai kakek, seharusnya kamu menjaga hatimu seperti aku. Coba lihat hatimu, apa saja yang telah kamu lakukan?” lanjut sang pemuda.
Sang kakek tersenyum, “Kamu boleh saja bangga dengan hatimu yang mulus, tetapi aku lebih bangga pada hatiku yang seperti ini,”
Si pemuda sombong langsung merasa heran.
“Anak muda, apa kamu pernah jatuh cinta?” tanya sang kakek.
Sang pemuda menggeleng.
“Ah ya.. sudah aku duga,” ujar sang kakek. “Hatiku patah pertama kali saat aku mencintai seorang gadis dari desa sebelah, saat usiaku tidak jauh dari usiamu. Tapi dia dipaksa menikah dengan pria lain, dan waktu itu hatiku patah menjadi dua, tetapi dia sembuh walaupun meninggalkan bekas. Tapi aku justru bersyukur karenanya,”
Sang pemuda hanya diam mendengarkan.
“Kemudian aku sadar, bahwa aku pernah merasakan jatuh cinta, walaupun hatiku remuk, daripada tidak pernah jatuh cinta sama sekali.” Ujar sang kakek mengenang cerita hidupnya. “Sejak saat itu, aku selalu membagi hatiku untuk orang lain, begitu juga orang lain, mereka tulus mencintaiku dan membagi hatinya untuk menambal hatiku yang berlubang. Begitulah hidup. Saling mengambil hati, saling memberi hati, ada saat hati terluka, ada saat hati sembuh dari luka dan meninggalkan bekas berupa syukur. Bukankah patah hati akan membuatmu lebih menghargai cinta dan pengorbanan?”
Sang pemuda langsung menyadari kekeliruannya. Dia terlalu menjaga hatinya sangat mulus sehingga tidak pernah merasakan mencintai, dicintai bahkan terluka. Bukankah hidup selalu diisi dengan hal-hal seperti itu? Saat seseorang terluka, dia akan menyadari indahnya dicintai. Saat seseorang patah hati, dia akan berusaha menemukan kembali kepingan hidupnya yang pernah hilang dan bersyukur saat menemukan kepingan itu.
***
Tidak
perlu takut akan patah hati, atau hati yang hancur berkeping-keping.
Hati adalah organ terkuat, dia pasti bisa kembali berdetak dan membuat
hidup Anda bahagia dan dipenuhi rasa syukur :)